Latest News

Sunday, 30 December 2012

Book Kaleidoscope 2012 : Top Five Most Favorite Books

Kelima buku favorit yang saya pilih ini tentu saja sangat subyektif, yang menjadi kriteria adalah semua buku yang saya baca selama tahun 2012 ini  yang bagi saya menawarkan kebaharuan tema, meninggalkan kesan mendalam, memberi wawasan dan cara pandang baru, dan kreatifitas penulisnya dalam berkarya.

Dari keduapuluh lima buku yang saya baca selama setahun ini, inilah 5 buku tervaforit versi saya. 

Top Five Most Favorite Books 2012 
(berdasarkan abjad)
 
1. Gadis Kretek by Ratih Kumala
2. Istana Mimpi by Ismail Kadare
3. Maryam by Okky Madasari
4. Post Kolonial & Wisata Sejarah dalam Sajak by Zefry Alkatiri
5. Rin Tin Tin by Susan Orlean











@htanzil



Posting ini merupakan bagian dari event
Book Kaleidoscope 2012
yang digagas oleh blog Fanda Classiclit 

Thursday, 27 December 2012

Book Kaleidoscope 2012 : Top Five Best Book Covers


1.  Emeritus, Memoar Seorang Pendeta by Ita Siregar

Cover yang dibuat oleh ilustrator senior Iksaka M Banu ini saya rasa sangat mewakili kisah dalam buku ini tentang seorang pendeta dari gereja besar yang memasuki masa Emiritasi (pensiun).

Didominasi warna hijau, dengan tampilan  seorang pendeta yang sedang melangkah dalam koridor diantara kursi-kursi gereja yang kosong membuat novel ini terkesan dramatis.






   2. Gadis Kretek by Ratih Kumala

Cover yang dikemas dalam nuansa merek rokok ini terkesan klasik dan indah. Tidak bosan rasaya menatap tampilan cover ini. Sebulan setelah novel ini terbit, cover ini banyak menuai komentar sebab dianggap provokatif  karena menampilkan seorang wanita yang sedang memegang rokok. 

Cover ini dibuat oleh Iksaka M. Banu



3. Playing God by Rully Roesli

Cover yang menggambarkan boneka dokter yang digerakkan oleh tali-tali yang tersorot oleh sebuah sinar ini saya rasa sangat menggambarkan kisah2 dalam buku ini dimana profesi  dokter kadang harus berperan sebagai tuhan yang menentukan hidup matinya seseorang.




 4. Sepatu Dahlan by Khrisna Pabichara

Desain cover dengan ilustrasi seorang anak yang sedang menatap sang surya ini bagus sekali. Sepeda dengan sepasang sepatu yang tergantung menggambarkan cita-cita sederhana Dahlan kecil yang begitu menginginkan sepeda dan sepatu seperti teman-teman sekolahnya.





5. Winter Dreams by Maggie Tiojakin

Cover yang didesain oleh Steven Andersen ini indah sekali, dengan dominasi warna kuning dan siluet buran gedung dan seekor burung membuat cover buku ini terkesan hangat.

Cover novel ini multi interpretasi, pembaca harus menebak-nebak sendiri apa yang ingin disampaikan ilustratornya dengan cover seperti ini... sangat menarik!

#####

Kalau diminta untuk memilih, dari kelima cover buku di atas saya akan memilih cover Winter Dreams sebagai Best of The Best kategori Book Cover dari buku-buku yang kubaca selama tahun 2012 ini.


@htanzil

 
 Posting ini merupakan event Book Kaleidoscope 2012 yang digagas oleh blog Fanda Classiclit 
Kelima cover buku di atas dipilih berdasarkan buku-buku yang kubaca selama tahun 2012 (disusun berdasarkan abjad)

Monday, 10 December 2012

Post Kolonial & Wisata Sejarah dalam sajak - Membaca Sejarah yang dipuisikan


[No. 299]
Judul : Post Kolonial & Wisata Sejarah dalam sajak.
Penulis : Zeffry Alkatiri
Penerbit : Padasan
Cetakan : I, 2012
Tebal : 192 hlm

Kita sering membaca sejarah ditulis dalam bentuk buku teks atau difiksikan dalam bentuk novel, namun sejarah yang ditulis, diinterpretasikan, dan dibukukan dalam bentuk puisi rasanya baru kali ini kita menemukannya dalam buku "Post Kolonial  Wisata Sejarah dalam Sajak" karya Zeffry Alkatiri, penyair, pengamat sejarah yang juga pengajar dan peneliti di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI.

Dalam buku kumpulan puisinya ini  Zeffry menafsirkan sejarah dalam bentuk puisi/sajak dalam kalimat-kalimat yang lugas, tanpa kiasan-kiasan atau metafora-metafora yang kadang membingungkan pembacanya. Semua puisinya ditulis dalam bentuk sajak realis sarat dengan kritik sosial yang langsung mengena hati dan pikiran pembacanya.

Sebagai contoh mari kita lihat sajak berjudul Smakelijk Eten, Meneer! yang menggambarkan bagaimana posisi para meneer Belanda dan ungkapan kekesalan jongos pribumi yang melayani mereka di masa kolonial dulu.

"Smakelijk eten, Menner!"
Diucapkan oleh para jongos berseragam tanpa sepatu
Yang antre menyediakan Risjsttafel dalam nampan-nampan
Kepada para Dewa dan Dewi kemakmuran
Yang mulutnya seperti gua
Yang tak pernah selesai menelan segala.

"Makanlah apa yang tuan mau"
Kami akan sediakan.
Kami akan sediakan,
Smakelijk eten, Meneer!"

Cuah!!

(2010)

Buku ini memuat 117 sajak yang terbagi dalam dua bagian besar yang mengikuti periode historis sejarah Indonesia dan dunia, bagian pertama terdiri dari 21 puisi dengan tema nusantara sejak kedatangan pengembara asing yang pertama hingga keadaan Indonesia di masa kolonialisme dan setelahnya . Bagian kedua terdiri dari 96 puisi yang diberi nama Wisata Sejarah yang merupakan tafsiran penulis dari penggalan sejarah bangsa-bangsa di dunia.

Di bagian pertama puisi yang menurut saya paling menarik adalah puisi berjudul "Kami Hanya Menonton: Pengakuan si Midun, si Amat, dan si Inah (Dari Buyut sampai Cucu). Puisi  ini merupakan puisi yang terpanjang dalam buku ini, tersaji  dalam 104 stanzah, 28 halaman, dalam cakupan periode historis sejak jaman kolonial Belanda hingga masa kini. Puisi ini  merekam keadaan sejarah dan kondisi sosial Indonesia dari masa ke masa. Berikut saya cuplikkan beberapa stanzah secara acak (bukan dalam urutan aslinya) dalam puisi ini yang mewakili beberapa periode waktu.

Kami sering menonton:
Ketika para nyonya dan noni
Membeli roti dan kue-kue
Di toko Van Otten dan Borgerij
Kalau sudah begitu 
Kami hanya bisa membayangkan 
Kue tampah murah Mpok Minah

......

Kami menonton 
Orang Belanda dan Indo 
Dikerangkeng seperi di kebon binatang
Kami melihat : tubuh mereka kurus dan kumal
Tak bedanya dengan kami yang berada di luar.

....... 

Kami menonton:
Banyaknya orang antre beras dan minyak 
Di wilayah kampung kami setiap hari
Kami melihat :
Banyak perempuan muda tak mampu
Membeli jepitan rambut paling murah sekalipun

Dan kami juga menonton:
Mulai banyak  orang tidur di kolong jembatan,
Di tempat pembuangan sampah, dan di emperan jalan.
Sementara kami menonton:
Presiden kami kawin lagi.

....

Kami menyaksikan :
Generasi baru kami hanya mengenal
Para pahlawan dari beberapa negeri asing
Yang mempunyai nomor dan nama
Di punggung mereka

 .....

Kami menonton :
Iring-Iringan mobil presiden hampir setiap hari di Jakarta
Kalau sudah begitu:
Kami harus menunggu lama karenanya.
Bahkan pernah ada seorang ibu yang terpaksa harus melahirkan di jalan.
Sementara presiden, wakil presidan dan para istrinya senyam senyum saja
Melihat jalanan yang dirasakan lenggang olehnya. 

 ....
 
Ada banyak sekali puisi-puisi menarik dalam buku ini. Bagian pertama dengan mudah kita dapat memahaminya karena pada umumnya kita mengetahui sejarah bangsa kita sendiri, namun di bagian kedua (Wisata Sejarah) dimana berisi puisi-puisi tentang sejarah bangsa-bangsa di dunia walau ditulis dalam puisi yang relaitf pendek-pendek (hanya dalam beberapa baris saja)  namun bagi kita yang tidak memahami latar sejarah dunia yang memadai rasanya akan sulit untuk menangkap isi dari puisi-pusi di bagian kedua buku ini.

Buku ini saya rasa baik untuk dibaca siapa saja yang ingin mengetahui sejarah lewat puisi yang realis, terlebih bagi mereka yang suka sejarah. Buku ini  menawarkan kebaharuan dalam membaca dan menginterpretasi sejarah plus kritik-kritik sosialnya dalam dalam bentuk puisi. Mona Lohanda dalam kata penutupnya mengatakan bahwa lewat puisi-puisi dalam buku ini "Kita diajak untuk menjadi bijaksana, belajar dari sejarah, belajar menjadi bangsa yang berdikari-mandiri dan berbangga diri"

Buku ini juga dipilih oleh dewan juri Khatulistiwa Litrary Award (KLA) 2012 sebagai pemenang kategori puisi. Dalam laporan pertanggung jawabannya dewan juri berpendapat bahwa :


Ia menghadirkan semacam kritik atas kritik, dengan mengajukan banyak pertanyaan terhadap kenyataan yang dianggap mapan. Sebuah intervensi yang khas sastra terhadap upaya menghadirkan sejarah yang lurus dengan pikiran yang logis. 

Satu hal yang menjadi catatan juri KLA 2012 atas buku ini adalah soal judulnya yang tidak mencerminkan sebuah buku puisi :

 Satu-satunya masalah dengan kumpulan ini yang dirasakan juri adalah judulnya, yang bisa membuat orang salah mengira sedang berhadapan dengan sebuah tesis ilmiah, dan juga berpotensi mematahkan gairah membaca

  
@htanzil




Thursday, 29 November 2012

Maryam

No.298
Judul : Maryam
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Februari 2012
Tebal : 275 hlm

Setelah tahun lalu masuk sebagai finalis 5 besar Khatulistiwa Literary Award  akhirnya di tahun ini Okky Madasari penulis muda asal Magetan, Jawa Timur berhasil memenangkan anugerah Khatulistiwa Literary Award 2012 dengan novelnya yang berjudul Maryam.

Dewan Juri KLA 2012 memilih Maryam sebagai pemenang dengan pertimbangan sebagai berikut : 

Novel ini berhasil mengangkat masalah kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah dari hiruk-pikuk berita media dan kontroversi di sekitarnya ke tingkat yang berbeda. Ia menjadi kritik terhadap penindasan yang dilakukan pihak yang kuat terhadap yang lemah atas nama agama

( Dewan Juri Khatulistiwa Literary Award 2012)

Dalam novel ketiganya ini Okky mengangkat kisah Maryam, seorang perempuan penganut Ahmadiyah asal Lombok dengan kisah cintanya termasuk diskriminasi dan penderitaan yang dialami keluarganya karena terusir dari kampung halamannya sendiri karena berbeda keyakinan

Di novel ini dikisahkan bagaimana sebenarnya pengikut Ahmadiyah yang diwakili oleh keluarga Maryam sebenarnya telah sejak lama berbaur dengan masyarakat, hidup berdampingan dengan kaum muslim lainnya tiba-tiba saja menjadi kaum yang terusir sehingga mereka  harus meninggalkan rumah yang telah mereka miliki selama puluhan tahun.

Sejak kecil sebenarnya Maryam mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda antara kepercayaan yang dianut keluarganya dengan kaum muslim umumnya. Ia menyadari bahwa kaumnya memiliki masjid sendiri dan pengajian sendiri yang secara rutin dilakukan oleh kaum Ahmadiyah.

Ketika beranjak dewasa Maryam semakin menyadari keeksklusifan kaumnya setelah ia menerima wejangan bahwa kelak ia harus menikah dengan sesama kaum Ahmadi. Awalnya hal itu bukan masalah bagi Maryam karena ia memang sedang menjalin hubungan dengan Gamal, yang juga penganut Ahmadi, sayangnya kisah cintanya kandas setelah kekasihnya ini berpindah keyakinan dan menyatakan bahwa segala sesuatu yang diyakini oleh keluarga mereka adalah sesat.

Putus dari Gamal tak membuat Maryam terpuruk, ia melanjutkan hidupnya, lulus sekolah ia bekerja di Jakarta dan memiliki karir yang cukup baik. Ia memiliki kekasih yang baru, Alam,  yang bukan seorang Ahmadi. Hubungan ini tentu saja tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Namun Maryam tidak peduli, ia memilih jalan hidupnya sendiri. Maryam meninggalkan keluarganya. Keluarga Alam sendiri tidak keberatan kalau anaknya menikah dengan Maryam dengan syarat Maryam bersedia menginggalkan keyakinannya.

Maryam akhirnya memilih meninggalkan keyakinannya agar dapat menikah dengan Alam, sayangnya pernikahan ini tidak berjalan mulus. Maryam yang tidak kunjung memiliki anak sering dikait-kaitkan oleh mertuanya yang meganggap itu adalah hukuman akibat kepercayaan yang pernah dianutnya. Maryam akhirnya tidak tahan dan memilih bercerai dan  kembali kepada orang tuanya di Lombok.

Sayangnya setiba di kampung halamannya, ia tidak menemukan dimana keluarganya berada karena keluarganya telah diusir oleh penduduk setempat karena keyakinan yang dianutnya. Dimana keluaganya berada? Dengan disertai rasa bersalahnya karena selama ini ia telah meninggalkan keluarganya  Maryam bertekad untuk mencari dimana keluarganya berada.

Novel ini merupakan karya ketiga dari Oky Madasari setelah Entrok dan 86. Seperti kedua novel sebelumnya novel ketiga ini mengangkat realitas sosial yang hidup di masyarakat kecil yang tertindas. Dalam Maryam Okky dengan berani mengangkat tema sensitif tentang perbedaan keyakinan yang beberapa tahun belakangan ini menjadi sorotan pemberitaan media yaitu soal kekerasan yang menimpa kaum Ahmadiya.

Untuk menguatkan kisahnya kabarnya penulis melakukan  riset mendalam selama 6 bulan di Lombok termasuk mendatangi lokasi pengungsian kaum Ahmadiyah di Gedung Transito dan wawancara dengan orang-orang Ahmadi yang rumahnya dirusak massa.

Berdasarkan risetnya inilah Okky berhasil menulis novel Maryam  plus CD yang berisi lagu-lagu karyanya sendiri. Karenanya tak heran novel ini tampak begitu membumi, ditulis dengan kalimat-kalimat sederhana tanpa harus kehilangan esensi dari apa yang hendak diangkat penulisnya. Okky juga berhasil mengetengahkan  karakter dan perasaan Maryam secara kuat melalui  kisah cintanya, pengorbanannya, dan konflik yang dihadapinya karena perbedaan keyakinan. Sayangnya Okky tampak kurang mendramatisir beberapa peristiwa yang sesungguhnya bisa membuat novel ini lebih dramatik lagi sehingga dapat meninggalkan kesan yang lebih mendalam lagi bagi pembacanya. 

Novel ini tidak menjelaskan apa itu Ahmadiyah dengan ajarannya namun ia mengangkat sisi manusiawi dari kaum Ahmadiyah yang meruapakan salah satu kaum yang terpinggirkan dan kerap mengalami aniaya baik secara sosial maupun fisik. Novel yang dibungkus dalam kisah personal tentang cinta dan hubungan Maryam dengan keluarganya ini membuka mata hati kita tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang memiliki lambang burung Garuda yang gagah yang sedang mencengkram semboyan "Bhineka Tunggal Ika"

Sumbangan terbesar novel ini pada kita semua adalah bagaimana melalui novel ini kita dapat melihat sisi manusiawi kaum Ahmadiyah dari sudut pandang para Ahmadi yang walaupun dikucilkan, bahkan dianiaya sedemikian rupa namun mereka tetap memegang teguh kepercayaan mereka. Dengan bijak Okky tidak menyimpulkan benar atau salahnya ajaran ini, novel ini juga bukan novel pembelaan terhadap kaum Ahmadiyah melainkan novel yang yang membuat pembacanya melihat sisi lain dari apa yang sering kita baca dan saksikan di berbagai media tentang Ahmadiyah.

Melalui novel ini Okky seakan hendak menyuarakan kaum yang selama ini tidak mampu bersuara karena dianggap sesat sehingga keadilan bukan hak mereka. Bukan menyuarakan ajaran mereka melainkan menyuarakan ketidakadilan dan derita dari mereka yang tertindas . Tidak hanya bagi kaum Ahmadiyah melainkan bagi mereka yang tersisihkan karena perbedaan keyakinan.

Sebagai sebuah novel yang mengangkat tema ketidakadilan novel ini ditutup dengan sebuah surat permohonan yang menggugah yang ditulis Maryam untuk para penguasa 



"Kami hanya ingin bisa pulang dan segera tinggal di rumah kami sendiri. Hidup aman. Tak ada lagi yang menyerang. Biarlah yang dulu kami lupakan. Tak ada dendam pada orang-orang yang pernah mengusir dan menyakiti kami. Yang penting bagi kami, hari-hari ke depan kami bisa hidup aman dan tenteram. Kami hanya mohon keadilan. Sampai kapan kami harus menunggu?" 

(hlm 274-275)


Okky Madasari, pemenang KLA 2012 kategori Prosa saat memberikan sambutan di malam Anugerah Khatlusitiwa Literary Award ke 12 2011-2012 di Plaza Senayan, 29 November 2012

 Foto : Twit @RichardOh http://mypict.me/index.php?id=348299958

@htanzil

Tuesday, 27 November 2012

Tintin dan Alpha-Art

Judul : Tintin dan Alpha Art
Penulis : Herge
Penerjemah : Anastasia W. Mustika & Donna Widjajanto
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Februari 2009
Tebal : 64 hlm ; 22 cm

Tintin dan Alpha Art (Tintin et l'alph-art) adalah buku terakhir dari seri Petualangan Tintin. Sayangnya kisah ini tak tuntas diselesaikan oleh Herge. Ketika komik ini masih dalam bentuk sketsa dan narasinya sendiri masih belum selesai, Herge keburu meninggal dunia di tahun 1983 akibat penyakit yang dideritanya.

Pada tahun 1986 atas permintaan para penggemarnya, Fanny Remi (istri Herg�) bersama penerbit Casterman dan La Fondation Herge akhirnya menerbitkan Tintin et l'alph-art dalam bentuk apa adanya berupa sketsa dan narasi ala kadarnya. Persis sebagaimana yang Herge tinggalkan sebelum wafat. Hal ini sesuai dengan amanat Herge bahwa Tintin tak boleh diselesaikan tanpa dirinya. Kemudian dalam rangka memperingati ulang tahun ke-75 Tintin pada tahun 2004, menerbitkan ulang Tintin et l'alph-artdengan menambahkan beberapa material tambahan yang baru ditemukan di tahun-tahun belakangan.

Di Indonesia sendiri, baru kali ini Tintin dan Alpha Art diterjemahkan. Langkah Gramedia selaku pemegang hak cipta Tintin untuk menerbitkan ulang seluruh kisah petualangan Tintin termasuk cepat. Belum genap setahun sejak diterbitkannya Tintin di Soviet pada April 2004, Gramedia kini telah menuntaskan kerjanya dengan menerbitkan judul ke 24, Tintin dan Alpha Art. Dengan demikian lebih dari 20 tahun semenjak Tintin hadir di Indonesia baru kali inilah seluruh kisah petualangan Tintin dapat dinikmati secara lengkap.

Dalam kisah terakhirnya ini Tintin terlibat dalam petualangan yang melibatkan seni. Alpha Art sendiri adalah gerakan kreasi seni yang berdasarkan huruf-huruf alphabet. Dikisahkan karya-karya seniman Alpha Art, Ramosh Nash saat itu sedang dipamerkan di sebuah Galeri milik Henri Fourcart. Melalui telepon Tintin secara langsung diundang oleh Foucart untuk menemuinya di galerinya. Namun pertemuan itu tak pernah terjadi karena Foucart tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas.

Naluri Tintin mengatakan bahwa ada yang tidak wajar dalam kematian Foucart. Ketika meninjau lokasi kejadian kecelakaan, tiba-tiba Tintin diserang oleh beberapa penjahat. Kejadian ini membuat Tintin semakin curiga dan memutuskan untuk mengungkap ada apa dibalik tewasnya Fourcart. Kelak akan terungkap bahwa pembunuhan ini terkait juga dengan pemalsuan karya-karya seni.


Seperti yang diungkap di paragraf awal tulisan ini, kisah Tintin ini memang tak tuntas dan masih berupa sketsa kasar. Demikian juga dengan edisi terjemahannya yang tampaknya dibuat berdasarkan edisi Casterman terbitan tahun 2004. Selain soal ukuran yang lebih kecil dibanding edisi aslinya, semua lay out dalam versi Gramedia ini sama persis dengan edisi Casterman 2004 dimana di satu sisi menampilkan script dialog dan narasi yang tersaji seperti pada naskah drama, sementara di sisi yang lain ditampilkan goresan asli dari halaman-halaman sketsa yang dibuat oleh Herge.

Kadang halaman sktesa asli itu tersaji dalam ukuran kecil yang ditempatkan secara dinamis, namun ada juga beberapa sketsa yang tampil satu halaman penuh. Beberapa sketsa yg ingin ditonjolkan tampak diperbesar dan disajikan secara artistik sehingga pembaca bisa melihat dengan jelas coretan-coretan Herge yang mungkin tak terlihat secara jelas di bagian halaman sketsa yang kecil.

Herge sendiri hanya sempat membuat 42 halaman sktesa yang telah memiliki alur cerita, dari ke 42 halaman sketsa itu hanya tiga halaman pertama saja yang telah agak halus dan mungkin sudah 90% selesai. Sisanya masih berupa sketsa kasar seperti yang terdapat di cover komik ini dimana Tintin hanya digambarkan bermuka bulat, hidung pentul dan jambul, atau Kapten Haddock yang digambarkan bermuka bulat, hidung besar, jenggot dan rambut yang kasar.




Sketsa terakhir Herge (Tintin & Alpha Art)





Namun selain ke 42 halaman sktesa inti, ada pula 9 halaman tambahan yang tak kalah menariknya karena setidaknya dapat memberikan gambaran cerita akhir dari komik ini. Di halaman tambahan ini akan diperoleh informasi antara lain Kapten Haddock yang tampak berubah karena bergaul dengan para seniman, menyukai benda-benda seni, dan mengubah penampilannya layaknya seorang seniman., menyanyi, bermain gitar, dan merubah kediamannya menjadi seperti galeri seni.



Lalu muncul pula musuh bebuyutan Tintin, Rastapopoulus yang berniat menyiram Tintin dengan cairan polyester agar menjadi sebuah karya seni. Yang tak kalah menariknya adalah munculnya kata Sondonesia dibawah sketsa bangunan berundak yang menyerupai candi bodobudur. Mungkinkah yang dimaksud adalah Indonesia ?



Kesemua sketsa pada halaman tambahan tersebut memang tampak tak terususun secara teratur dan membingungkan, jadi pembaca hanya bisa menduga-duga atau berimajinasi sendiri kira-kira seperti apa kelanjutan dan akhir dari petualangan Tintin ini, namun disinilah letak kenikmatan membaca komik ini. Melalui karya terakhir Herge yang masih berupa sketsa ini kita dapat mengetahui bagaimana sang maestro Herge mencoretkan garis-garis awal dari sebuah komik yang indah. Selain itu buku ini juga menawarkan sebuah pengalaman baru dalam membaca dan menginterpretasi sebuah komik yang masih berbentuk sketsa kasar dan belum selesai.

 Bagi penggemar Tintin tentunya akan dibuat penasaran kira-kira seperti apa komik ini jika komik ini selesai dituntaskan. Walau tak pernah mendapat restu dari ahli waris Herge untuk melanjutkan komik ini beberapa penulis mencoba untuk menuntaskannya dengan gaya yang serupa dengan Herge. Hingga kini sudah ada 3 versi Tintin dan alpha Art yaitu Yves Rodier's version, 1995  R�gric's version, 1996. �ditions Ramo Nash's version, 198??

Berikut adalah Tintin et L'Alph Art versi Yves Roider's





@htanzil

*) Posting ini merupakan re-posting dari postingan saya tahun 2009 yang lalu dengan sedikit tambahan dalam rangka event posting bareng Tintin yang diadakan oleh BBI (Blogger Buku Indonesia)

Tuesday, 30 October 2012

Istanbul, Kenangan Sebuah Kota by Orhan Pamuk

Postingan kali ini dibuat dalam rangka event posting bersama BBI (Blogger Buku Indonesia) di bulan Oktober yang mengusung tema karya-karya para nobelis sastra.

Sebenarnya saya sudah merencanakan untuk mereview karya nobelis Sastra 2012 asal China Mo Yan, namun karena berbagai hal maka saya gagal menamatkan novel Big Breast, Wide Hips karya Mo Yan. Karenanya agar dapat berpartisipasi dalam event posting bersama ini maka saya melakukan re-posting (dengan berbagai revisi dan penambahan bio penulis) review saya atas salah satu karya nobelis Sastra 2006 asal Turki Orhan Pamuk.

Mengapa saya memilih review Istanbul ini untuk di re-posting? saya rasa ini adalah buku yang unik, memoar seorang nobelis sastra yang dikaitkan dengan kota dimana ia dibesarkan. Jadi di buku ini kita tidak hanya dapat mengetahui memoar penulisnya melainkan memoar sebuah kota yang memiliki sejarah yang unik dan panjang.

Selamat membaca! 

Judul : Istanbul, Kenangan sebuah kota
Penulis : Orhan Pamuk
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Februari 2009
Tebal : 363 hlm

Istanbul adalah memoar dari peraih nobel sastra 2006 asal Turki, Orhan Pamuk. Namun berbeda dengan memoar-memoar lainnya yang biasanya lebih mengutamakan kisah hidup si penulisnya, dalam memoarnya ini Pamuk tak hanya berkisah mengenai sejarah hidupnya. Dengan cara betutur seperti dalam novel-novelnya , Pamuk mencatat penggalan memori kehidupan masa lalunya yang dikaitkan dengan memori kolektif Istanbul, kota kelahirannya yang begitu ia cintai. Jadi bisa disimpulkan bahwa buku ini merupakan serpihan-serpihan memoar dan essai panjang Pamuk tentang dirinya dan Istanbul

Bagi Pamuk yang begitu lekat dengan kota kelahirannya, takdir Istanbul adalah takdir dirinya sebab Istanbullah yang membuat dirinya seperti sekarang ini. Istanbul baginya adalah mata air yang terus menerus memberinya inspirasi. Tak heran jika sebagian besar novel-novelnya berlatar Istanbul, kota yang merupakan warisan kesultanan Usmani yang tak henti bergumul dengan identitas Barat dan Timur. Begitupun dalam memoarnya ini, di mata Pamuk, Istanbul dimetaforkan sebagai mahluk yang berwajah murung, atau istilah dalam bahasa arabnya adalah �huzun�.

Setelah Kesultanan Usmani ambruk, dunia nyaris lupa bahwa Istanbul ada. Kota tempat saya dilahirkan ini lebih miskin, lebih kumuh, dan lebih terasing ketimbang sebelumnya selama sejarahnya sepanjang dua ribu tahun. Bagi saya, Istanbul selalu merupakan kota penuh reruntuhan dan kemurungan masa akhir kesultanan. Saya menghabiskan hidup memerangi kermurungan ini atau (seperti semua penduduk Istanbul) menjadikannya kemurungan saya. (hal 7)

Istanbul modern dalam kacamata Pamuk memang telah mengalami kemunduran sejak jatuhnya Kesultanan dan berdirinya pemintahan Republik dengan reformasinya yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk (pendiri Turki dan presiden pertama Turki). Bagi Ataturk satu-satunya jalan untuk melangkah maju adalah mengembangkan konsep baru mengenai ke-Turkian yag modern, sayangnya konsep ini dilakukan dengan cara melupakan masa lalu sehingga kultur, seperti bahasa dan pakaian tradisional, dilupakan. Bahkan literatur tradisional pun dilupakan.

Kemurungan Istanbullah yang menjadi benang merah seluruh kisah dalam memoarnya ini. Karenanya jangan harap dalam memoarnya ini kita akan disuguhkan panorama keindahan Istanbul, alih-alih membicarakan bangunan megah Hagai Sophia atau situs-situs bersejarah lainnya, kita malah akan disuguhkan deskripsi rumah-rumah kayu yang kumuh yang dibangun diatas reruntuhan bangunan megah dari era kejayaan kesultanan Usmani dan kehancuran puri-puri para Pasha karena tak terawat atau terbakar.

Dalam memoarnya ini, wajah Istanbul modern yang kini semakin carut marut itu dikisahkan secara parallel dengan kehidupan masa lalu Pamuk yang dilahirkan dari keluarga kelas menengah yang hidup dalam budaya sekuler Barat. Dengan begitu hidup Pamuk menceritakan tentang dirinya dan keluarganya, apartemen-apartemen yang pernah didiaminya, jalan-jalan yang sering dilaluinya, peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya, kisah cinta pertamanya yang kandas, serta keinginannya yang besar untuk menjadi pelukis sebelum ia banting setir dan akhirnya memutuskan untuk menjadi penulis.

Karena setiap jejak langkah masa lalu Pamuk senantiasa dikaitkan dengan memori kolektif Istanbul maka daya pikat memoar ini bukan hanya terletak pengalaman pribadi penulisnya, melainkan dalam identifikasi puitisnya dengan Istanbul . Hasilnya adalah semacam essai yang berisi sejarah dan kehidupan sosial masyarakat Istanbul baik dari apa yang diperolehnya dari pengalaman dan risetnya sendiri maupun dari catatan orang-orang yang pernah menulis sejarah Istanbul seperti, Yahya Kemal, seorang penyair, Resat Ekrem Kocu, seorang sejarawan, Tampinar, seorang novelis, dan Abdulhak Sinasi Hisar, seorang kronologis. Sedangkan untuk penulis barat terwakili oleh Gerard du Nerval, Teophile Gautier, Gustave Flaubert.

Untuk lebih menghidupi memoarnya ini, Pamuk juga menampilkan ratusan foto hitam putih baik yang berasal dari koleksi keluarga Pamuk sendiri maupun foto-foto Istanbul karya fotografer lokal, Ara Guller. Dan yang tak kalah menarik adalah foto-foto lukisan engraving Antoine-Ignace Melling, pelukis Jerman yang merekam Istanbul di abad ke 18. Jika foto-foto karya Ara Guller didominasi wajah Istanbul modern yang muram, maka pada karya Mellinglah keindahan masa lalu Istanbul terungkap.




Salah satu lukisan karya Melling tentang Istanbul abad ke 18



Sayangnya foto-foto yang tersaji itu beberapa diantaranya tersaji kurang sempurna karena pengaruh jenis kertas yang dipakai dalam terjemahan buku ini. Andaikata penerbit menggunakan jenis kertas yang lebih baik lagi tentunya buku ini akan tersaji secara sempurna.

Sebagai seorang novelis terkemuka, Pamuk menyajikan memoarnya ini dengan begitu menarik dan hidup sehingga membaca ke 37 bab kisahnya tak membuat kita bosan kendati dia terkadang menceritakan hal-hal yang sederhana yang pernah dialaminya. Hal-hal sederhana itu ia hubungkan dengan, lukisan, buku-buku, landskap, bangunan kuno, legenda, sejarah, politik, dll sehingga potret dirinya dan Istanbul terekam dengan menarik.

Sayangnya memoar Pamuk terhenti di era 70-an ketika Pamuk memutuskan merubah jalan hidupnya dari seorang pelukis menjadi seorang penulis. Jadi dalam memoar setebal 363 halaman ini kita tak akan menemukan jejak Pamuk dan Istabul ketika ia meniti kariernya sebagai seorang penulis. Semenjak kecil hingga menjadi seorang mahasiswa arsitektur tampaknya tak ada tanda-tanda bahwa Pamuk kelak akan menjadi seorang penulis terkenal kecuali kesenangannya membaca yang terungkap di memoarnya kali ini

Akhir kata novel yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 2003 dalam bahasa Turki dengan judul Istanbul : Hatiralar ve Sehir ini memang sangat-sangat menarik, kisah kehidupan Pamuk, pergumulan batinnya , serta responnya atas lingkungan yang membesarkannya membawa pembacanya pada sebuah perenungan yang dalam. Berbagai kisah mengenai Istanbul membuat kita memahami sejarah dan kultur Istanbul modern di tahun 50-70an yang menyiratkan wajah Turki yang murung dan terbelahnya kultur masyarakat Turki antara Islam dan sekularisasi, modern dan tradisional, timur dan barat, yang ternyata masih bisa dirasakan hingga kini.

Seperti yang ditulis oleh Irish Times sebagai pujian untuk buku ini bahwa memoar Pamuk ini layak disejajarkan dengan karya-karya terbaik Pamuk dan buku-buku terbaik yang pernah ditulis mengenai Istanbul. Buku ini wajib dibaca dan kota itu wajib dikunjungi.

Tentang Penulis :

Lahir di Istambul, Turki, pada 7 Juni 1952, Ferit Orhan Pamuk adalah novelis terkemuka Turki dalam sastra pasca-modernis. Ia sangat populer di dalam maupun luar negeri, dan karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa, serta telah mendapatkan banyak penghargaan nasional maupun internasional.

Pada mulanya, Pamuk kuliah di Universitas Teknik Istambul, karena keluarganya menginginkan ia menjadi insinyur atau arsitek. Namun, karena tidak sesuai dengan cita-citanya sendiri yang ingin menjadi penulis, Pamuk pun berhenti kuliah tiga tahun kemudian. Setelah itu ia menjadi penulis penuh waktu, sambil menyelesaikan pendidikannya di Institut Jurnalistik di Universitas Istambul pada 1977.

Novel pertama Pamuk, berjudul �Karanlik ve Isik� (Gelap dan Terang) terbit pada 1982, setelah itu karya-karyanya semakin dikenal orang baik di dalam maupun di luar negeri. Harian The New York Times memujinya sebagai �Bintang yang baru terbit di timur�.

Puncak popularitas Orhan Pamuk terjadi ketika ia menerbitkan novel �Kara Kitap� (Buku Hitam) pada 1990, yang menjadi salah satu bacaan paling populer sekaligus kontroversial dalam sastra Turki karena kompleksitas dan kekayaan isinya. Ketika buku itu diterbitkan ulang pada 1995, buku itu disebut sebagai buku paling cepat terjual dalam sejarah Turki.

Sukses Pamuk secara internasional diperoleh setelah ia menerbitkan �Benim Adim Kirmizi� ( My Name is Red) , reviewnya bisa dibaca di sini ) pada tahun 2000. Novel itu mencampurkan teka-teki misteri, roman, dan filosofis, yang berlangsung di Istambul pada abad ke-16. Semenjak itu pula berbagai penghargaan di bidang literasi baik di dalam dan luar negeri diraihnya.

Secara keseluruhan, karya-karya Pamuk memiliki ciri mengenai kebingungan identitas yang sebagiannya ditimbulkan oleh konflik antara nilai-nilai Eropa dan Islam, memiliki plot yang rumit namun memikat, dengan karakter-karakter yang hidup.

Puncak sukses Pamuk sebagai seorang penulia adalah saat ia dianugerahi penghargaan Nobel Sastra 2006. Panitia Nobel Sastra dalam rilis resminya mengatakan bahwa :

"Penghargaan diberikan lantaran dia (Orhan Pamuk) mampu menemukan simbol-simbol baru dalam perselisihan dan persatuan kebudayaan"

@htanzil



Monday, 29 October 2012

Aku dan BBI (Blogger Buku Indonesia)

Aku dan BBI (Blogger Buku Indonesia) bisa dibaca di Blog AkuBuku

@htanzil



Tuesday, 23 October 2012

Wishful Wednesday #2

Untuk Wishful Wednesday yg ke-2 ini, diantara sekian banyak daftar wihslist-ku aku pilih buku ini :


Kamus Sejarah? ya, bisa dibilang ini adalah kamus sejarah pertama di Indonesia. (mohon dikoreksi kalau salah) seperti sejatinya sebuah kamus, buku ini memuat lebih dari 800 entri yang jelas dan ringkas tentang segala sesuatu yang masuk dalam sejarah Indonesia.

Kamus Sejarah Indonesia ini memuat informasi yang padat tapi kuat terkait tokoh, tempat dan organisasi. Termasuk soal ekonomi, budaya serta politik. Semuanya diramu dari sumber-sumber sejarah kuno Indonesia sampai masa kontemporer.

Kelengkapan informasi kamus ini ditambah dengan daftar pustaka, peta, kronik sejarah, daftar singkatan dan lampiran hasil pemilihan yang komprehensif.. Hanya dengan melalui satu buku ini secara cepat pembaca akan mengenal Indonesia,


Siapa penyusunnya? kamus setebal 776 halaman ini disusun oleh dua orang Indonesianis, peneliti sejarah Indonesia terkenal yaitu Robert Cribb & Audrey Kahin. Loh koq oleh orang asing? ya begitulah memang keadaannya, banyak literatur-literatur sejarah yang berbobot ditulis oleh orang asing? lalu kemana para sejarahwan Indonesia?

Buku ini sudah lama saya inginkan, tapi hingga kini belum juga terbeli, mungkin nanti tunggu gajian atau mungkin ada yang tergerak untuk membuntelkannya untukku?, atau mungkin teman2 BBI (Blogger Buku Indonesia) yang ikutan program Secret Santa ingin menghadiahkannya untukku? :) 

Kenapa aku ingin buku ini? sebagai pembaca dan kolektor buku-buku sejarah rasanya belum sah kalau belum punya buku ini ya... :)

Sebagai informasi buku yang dibandrol dengan harga Rp. 225.000,- ini kini bisa diperoleh dengan harga Rp. 169.000,- saja (disc 25%) melalui penerbitnya langsung yang saat ini sedang melakukan Obral Akhir Tahun 20%-70%  dari tanggal 1 Okt - 1 Des 2012

Detail Buku :

Judul  : Kamus Sejarah Indonesia
Penulis : Robert Cribb & Audrey Kahin
Penerbit : Komunitas Bambu
Cetakan : Juli 2012
Tebal : 776 hlm, Hard Cover



#####

 Apa itu Wishful Wednesday?

Ini adalah meme blog yang digagas oleh Astrid Lim di blog bukunya 'Book to Share' dimana peserta yang ikut meme blog ini memposting buku apa yang ingin dimiliki saat ini. Karena judulnya Wishful Wednesday maka postingannya tentu saja di hari Rabu.

Tertarik ikutan? ini cara-caranya :

1. Silakan follow blog Books To Share � atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)

2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!

3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
 
Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

@htanzil


Tuesday, 9 October 2012

Rin Tin Tin : Perjalanan Hidup Seekor Anjing pada Perang Dunia I

[No. 297]
Judul : Rin Tin Tin : Perjalanan Hidup Seekor Anjing pada Perang Dunia I
Judul Asli : Rin Tin Tin : The Life and The Legend
Penerjemah  Dina Begum
Penerbit : Ufuc Fiction
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : 546 hlm

Jika kita ditanya "Siapa aktor anjing terkenal dalam film?", mungkin banyak dari kita akan menjawab Rin Tin Tin, atau Lassie. Ya, Rin Tin Tin dan Lassie memang begitu membekas dalam ingatan kita, namun diantara kedua anjing itu yang paling melegenda hanyalah Rin Tin Tin. Rin Tin Tin bukanlah tokoh khayalan atau sebuah karakter film Rin Tin Tin, dia nyata dan memiliki kisah kehidupan yang sangat berlainan dengan peran yang dimainkannya.

Kisah Rin Tin Tin yang sesungguhnya dimulai pada 1918 ketika seorang tentara Amerika Lee Duncan menemukan beberapa anak anjing gembala Jerman yang terlantar di antara puing-puing bangunan di sebuah wilayah pertempuran Prancis pada masa Perang Dunia I. Lee lalu membawa anak-anak anjing itu ke markasnya dan memutuskan untuk memelihara sepasang anak anjing, yang jantan dinamainya Rin Tin Tin dan yang betina dinamainya Nannete.



Sepasang anjingnya dinamai Rin Tin Tin & Nennete karena tampaknya Lee berharap anjingnya itu akan membenawa keberuntungan karena pada saat itu maskot keberuntungan yang paling populer adalah sepasang boneka laki-laki dan perempuan yang terbuat dari benang yang diberi nama Rin Tin Tin dan Nannete yang dibuat untuk menghormati sepasang kekasih yang selamat dari pengeboman di setasiun kereta di Paris pada awal perang.


Setelah perang usai Lee Duncan membawa Rin Tin Tin dan Nannete pulang ke Amerika. Awalnya ia hanya berencana untuk mengembang biakkan dan menjual anak-anak anjing yang dimilikinya namun pengaruh Hollywood yang letaknya tidak jauh dari rumahnya membuat ia memiliki impian besar akan masa depan Rin Tin Tin. Lee kemudian menulis naskah film yang diberinya judul Where The North Begins dan menawarkan naskahnya ke setiap studio film di Hollywood, mencoba meyakinkan sebuah studio film untuk membuat film berdasarkan kisah yang ditulisnya dengan Rin Tin Tin sebagai bintang utamanya.

Akhirnya Warner Bross Picture yang saat itu masih merupakan studio film kecil membeli naskah film Lee, Where The North Begins  dan memakai Rin Tin Tin sebagai bintang utamanya. Film ini menjadi awal karier Rin Tin Tin untuk menjadi bintang. Filmnya sukses besar, ribuan surat penggemar untuk Rin Tin Tin membanjiri kantor Warner Bross setiap minggunya.

Kecerdasan dan kemahiran Rin Tin Tin dalam memainkan perannya di setiap film membuat film-filmnya menjadi box office sehingga  menyelamatkan Warner Bross Picture dari kebangkrutan. Ketenarannya membuat Rin Tin Tin memperoleh suara terbanyak untuk aktor terbaik dalam Piala Oscar yang pertama (1929)  Sayangnya panitia Academy Award menolak penganugerahan Piala Oscar pada seekor anjing. Pemungutan suara diulang sehingga Piala Oscar akhirnya diberikan pada aktor Emil Jenings.

Di era-nya Rin Tin Tin menjadi pundi-pundi emas bagi para produser film, dalam kurun waktu 8 tahun Rinty telah membintangi 22 film bisu dan 7 film bicara. Hal ini membuat Rin Tin Tin menjadi bintang film hewan yang sangat terkenal, ia menjadi anjing yang paling banyak difoto mulai dari anak-anak panti asuhan, selebriti, hingga para pejabat negara. Ia juga dikenal hingga ke luar negeri, sampai-sampai Jepang memerintahkan konsulnya di California untuk membeli sebanyak mungkin anak-anak Rin Tin Tin.

Lee Duncan & Rin Tin Tin di kamar rias lokasi syuting

Rin Tin Tin menjadi hewan yang paling dicintai dan diidamkan oleh semua orang,  tak heran ketika Rinty meninggal di tahun 1932 peristiwa ini begitu menguncang penggemarnya. Berbagai stasiun radio di seluruh seluruh Amerika menghentikan siarannya untuk mengumumkan berita duka kematian Rin Tin Tin dan secara serentak menyiarkan acara persembahan selama satu jam penuh untuk mengenang Rin Tin Tin. Sebuah surat kabar menulis "Rin Tin Tin hanya seekor anjing, namun jutaan yang dihiburnya berkabung atas kehilangannya"

Meninggalnya Rin Tin Tin tidak berarti namanya hilang begitu saja, ada Junior yang merupakan penerus yang merupakan keturunan langsung Rin Tin Tin. Dan mulailah Lee Duncan membangun dinasti anjing paling terkemuka di dunia. Seperti yang sering dikatakan dan diyakini oleh Lee Duncan bahwa "Akan selalu ada Rin Tin Tin", ternyata memang Rin Tin Tin selalu ada. Selama beberapa dekade Rin Tin Tin selalu muncul di panggung hiburan, mulai dari era film bisu, film suara, dari program radio hingga akhirnya muncul di serial TV di tahun 1954 dengan judul The Adventure of Rin Tin Tin yang diputar di berbagai negara termasuk di Indonesia sehingga membuatnya semakin dikenal di seluruh dunia.

Rin Tin Tin kini tidak sekedar seekor anjing, melainkan menjadi sebuah karakter yang terus hidup hingga kini. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Di buku Rin Tin Tin karya Susan Orlean inilah kita akan mengetahui secara detail dan menyeluruh bagaimana seekor anjing terlantar yang dipelihara dan dilatih oleh seorang Lee Duncan meniti karirnya hingga menjadi terkenal dan bagaimana orang-orang yang ada di sekitarnya ikut terhisap dalam ketenaran dan keberuntungan.

Buku yang ditulis selama lebih dari 10 tahun ini mengajak kita menyelami kisah nyata seekor anjing yang telah melagenda dari Rin Tin Tin senior hingga Rin Tin Tin XI, mencakup sejarah panjang sembilan puluh tahun. Apa yang telah diperoleh selama ia melakukan riset untuk penulisan buku ini tidak disia-siakan oleh penulisnya. Semua data yang diperoleh ia masukkan dalam buku ini antara lain sejarah kehidupan Lee Duncan dan orang-orang yang membuat Rin Tin Tin menjadi demikian terkenal. Lalu ada pula tentang  persoalan hak cipta Rin Tin Tin di tahun 90-an antara orang-orang yang merasa memiliki hak sebagai pewaris karakter  Rin Tin Tin

Tak hanya itu di buku ini juga kita akan melihat bagaimana sejarah kebangkitan industri film dan televisi yang ikut bertumbuh bersama Rin Tin Tin. Atau bagaimana seekor anjing yang tadinya hanya menjadi penjaga rumah, atau anjing perang,  berkat kepopuleran Rin Tin Tin dan film-filmnya yang melambangkan persahabatan anjing dengan manusia membuat  anjing menjadi hewan yang memberi kehangatan dan memiliki ikatan emosional dengan pemiliknya. Kisah Lee Duncan dan bagaimana cintanya pada Rin Tin Tin menyadarkan kita akan ikatan batin yang tercipta antara seekor binatang dengan manusia

Ada begitu banyak hal yang bisa diceritakan dalam buku ini. Dengan detailnya kisah Rin Tin Tin yang diungkap dan banyaknya muatan yang menambah wawasan pembacanya akan banyak hal  buku ini dapat menjadi buku acuan terlengkap bagi mereka yang ingin mengetahui tentang Rin Tin Tin dan legendanya.

Yang pasti melalui buku ini kita akan melihat bahwa Rin Tin Tin lebih dari sekedar anjing gembala Jerman. Ia juga sebuah gagasan dan sosok ideal, sosok pahlawan yang juga bintang sejati, seekor peliharaan dan juga selebriti internasional yang karakternya tetap hidup hingga kini.

Kritik Judul Terjemahan

Satu-satunya kritik terhadap buku ini harus saya berikan pada sub judul dalam bahasa Indonesianya. Di edisi aslinya buku ini berjudul Rin Tin Tin : The Life and The Legend sedangkan di edisi bahasa Indonesianya diterjemahkan menjadi Rin Tin Tin : Perjalanan Hidup Sekor Anjing Pada Perang Dunia I

Saya rasa sub judul terjemahannya tidak mencerminkan keseluruhan dari isi buku ini, dengan sub judul Perjalanan Hidup Seekor Anjing Pada Perang Dunia I seolah buku ini hanya menceritakan kisah hidup Rin Tin Tin senior saja, padahal buku ini membahas Rin Tin Tin secara keseluruhan dari Rin Tin Tin pertama hingga penerus-penerusnya dan bagaimana Rin Tin Tin tetap hidup hingga kini. Dengan demikian menurut saya judul terjemahannya mempersempit apa yang sebenarnya ada dalam buku ini.

Rin Tin Tin Masa Kini.

Sejak Rin Tin Tin senior yang lahir pada 1918 dan Lee Duncan berhasil mengembang biakkannya, hingga kini walau tak sepopuler dulu keturunan Rin Tin Tin masih ada dan bisa dilacak keberadaannya. Rin Tin Tin terakhir yang merupakan generasi ke 14 yang diberi nama Rin Tin Tin XII lahir pada Oktober 2008.
Sayangnya dari Rin tin Tin Junior hingga Rin Tin Tin XII idak ada seterkenal moyangnya. Walau Rin Tin Tin selalu ada dari generasi ke generasi namun tak satupun yang mampu  mengembalikan kejayaan Rin Tin Tin di era masa silam.





Rin Tin Tin XII






Rin Tin Tin dari masa ke masa bisa dilihat di  The Official Rin Tin Tin Web Page  http://www.rintintin.com

@htanzil

Tags