Latest News

Wednesday, 30 January 2013

Inkspell by Cornelia Funke [posting bareng buku Secret Santa)

[No. 301]
Judul : Inkspell
Penulis : Cornelia Funke
Penerjemah
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Sept 2012
Halaman : 680 hlm

Novel ini merupakan buku kedua dari Trilogi Inkworld (Inkheart, Inskplell, Inkdeath) by Cornelia Funke. Tentunya bagi yang telah membaca Inkheart kita masih ingat bagaimana Mo dan Maggie memiliki kemampuan untuk mengeluarkan tokoh dalam buku yang dibacanya, maka dalam Inkspell Mo dan Maggie berhasil memasukkan kembali tokoh-tokoh dalam buku yang telah berada di dunia nyata untuk kembali dalam dunia buku dimana mereka berasal.

Dalam Inkspell dikisahkan bahwa satu tahun telah berlalu setelah Mo dan Maggie berhasil mengalahkan tokoh jahat Capricorn. Staubfinger yang dalam Inkhearth dikisahkan memiliki kerinduan untuk kembali ke dunia asalnya (Inkworld) berhasil bertemu dengan seorang pencerita jahat yang dapat memasukkannya kembali ke Inkworld. Staubfinger pun meninggalkan Farid, muridnya yang setia.

Rupanya Farid tidak rela kalau Sraubfinger meninggallkannya begitu saja, maka iapun mencari Maggie agar Maggie dapat memasukkannya ke Inkworld untuk menyusul Staubfinger. Maggie secara diam-diam menggunakan kemampuannya untuk masuk ke dalam Inkworld, akhrrnya ia dan Farid berhasil memasuki Inkworld, bertemu dengan Fenoglio, penulis kisah asli Inkheart yang sekarang tinggal di dalam ceritanya sendiri - dan mendapati cerita itu berubah banyak, dan berkembang ke arah kisah yang buruk dibanding kisah aslinya.

Bisakah Meggie, Farid, dan Fenoglio bertemu dengan Staubfinger dan mengembalikan kisahnya ke jalur semula? Usaha mereka tidak mudah karena dalam petualangan mereka dihantui oleh para pengikut Capricorn yang hendak menuntut balas kematian tuan mereka dalam Inkheart.

Seperti dalam Inkheart, Cornelia Funke selalu mengawali tiap bab dalam bukunya dengan kutipan-kutipan dari berbagai buku dan masih terungkap dengan jelas bagaimana Mo,Maggie, dan bibi Ellinor begitu mencintai buku.  Sedangkan yang menjadi perbedaannya adalah setting kisahnya, jika dalam Inkheart kisah petualangan Mo dan Maggie terjadi di dunia nyata dimana tokoh-tokoh dalam buku  bermunculan di dunia nyata, maka setting Inkspell  adalah kebalikannya dimana  tokoh-tokoh dalam dunia nyata yang masuk ke dalam dunia buku (Inkworld).

Trilogi Inkworld ini aslinya ditulis oleh Cornelia Funke dalam bahasa Jerman masing-masing pada tahun

2003 : Inkhearth
2006 : Inkspell
2008 : Inkdeath

Kini ketiga bukunya tersebut telah diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia. Yang menarik dari buku pertama ke buku ketiga tampaknya semakin lama kisahnya semakin panjang, jika versi terjemahan Inkheart (2009) awalnya hanya 536  halaman, maka di Inkspell (2012) menjadi 680 halaman, dan pada Inkdeath (2012) yang merupakan buku pamungkasnya, versi terjemahannya setebal 728 halaman. Sehingga jika kita jumlahkan Trilogy Inkworld ini akan menjadi setebal 1944 halaman! Bisa dibayangkan setebal apa jika trilogi ini dikemas dalam satu buku saja.

Apakah ketiga judul dalam trilogi ini menawarkan kisah yang semakin lama semakin seru? tentunya masing-masing pembaca memiliki penilaiannya sendiri, yang pasti bagi mereka yang mencintai dunia buku dan suka akan kisah fantasi buku ini layak dibaca dan dikoleksi.

Tebak Santa

Buku ini merupakan hadiah dari My Secret Santa, apa itu Secret Santa? silahkan lihat di sini  .
Nah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, hari ini para BBI-ers melakukan  posting bareng review buku dari Santa-nya masing2 sekaligus  menebak siapa yang menjadi Santa-nya.

Berdasarkan riddle dari Santa-ku berupa CD lagu daerah Minang dan secarik pantun dalam surat pengantarnya seperti ini :

maka dengan penuh keyakinan saya menebak bahwa Santa-ku ini berasal dari Padang, hal ini juga dikuatkan oleh alamat pengirim yang walaupun tidak begitu spesifik tapi mencantumkan nama daerah Aur Duri, maka setelah bertanya Om Google saya makin yakin bahwa Santa-ku ini berasal dari Padang dan satu-satunya peserta Secret Santa yang tinggal di Padang adalah :

Ira Elvira a.k.a   rie_dominique
http:// irasbooks.blogspot.com

Nah, semoga tebakannya itu benar sempurna! :)

Terima kasih Mbak Ira, dengan pemberian buku ini maka kini saya tinggal mencari judul terakhirnya saja, Inkdeath. :)

@htanzil

Tuesday, 8 January 2013

The Casual Vacancy by JK Rowling

[No. 300]
Judul : The Casual Vacancy
Penulis : JK. Rowling
Penerjemah :
Esti A Budihabsari, Rini Nurul Badriah, Andityas Prabantoro
Penerbit : Qanita
Cetakan : I, November 2012
Tebal : 596 hlm, hard cover.


Sejak kemunculan seri pertama Harry Potter  and the Sorcerer's Stone  (1997)  hingga seri terakhirnya yang berjudul Harry Potter and the Deathly Hallows (2007) nama JK Rowling tak bisa dilepaskan dari ketujuh buku Harry Poter yang selalu menjadi best seller. Selama kurun waktu 10 tahun itu serial Harry Potter telah terjual lebih dari 450 juta kopi di seluruh dunia, dipasarkan lebih dari 200 negara, diterjemahkan dalam 73 bahasa dan diadaptasi dalam 8 film blocbuster. Karenanya tak heran kalau dirinya selalu dikaitkan  dengan Harry Potter

Namun Rowling rupanya tak mau dirinya terus menerus diidentikkan dengan Harry Potter atau sebagai penulis fiksi fantasi remaja. Dalam karya terbarunya yang diberi judul The Casual Vacancy  ia seakan mencoba mengatakan pada dunia bahwa dirinya mampu menulis untuk pembaca dewasa dengan genre yang sama sekali berbeda dengan Harry Potter, tampaknya Rowling  hendak melepaskan bayang-bayang Harry Potter dalam kariernya sebagai penulis. Dan kini Rowling telah membuktikannya.

Dalam  The Casual Vacancy Rowling tidak memasukkan unsur sihir dalam kisahnya namun Rowling menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuai pembacanya melalui kisah drama keluarga dengan latar kota kecil  Pagford, Inggris.

Tanpa basa-basi Rowling membuka kisah novel terbarunya ini dengan peristiwa kematian Barry Fairbrtoher (40 thn) , salah seorang anggota Dewan Kota Pagford akibat stroke di tempat parkir club golf dimana  ia dan istrinya hendak merayakan ulang tahun pernikahan mereka.

Kematian Barry Fairbrother secara tiba-tiba tentu saja menimbulkan kehebohan di kota kecil Pagford, selain menimbulkan duka dalam, secara politis kematian Barry Fairbrother  juga menimbulkan The Casual Vacancy atau kekosongan kursi jabatan dewan kota. Kekosongan jabatan inilah yang kemudian diincar oleh tiga penduduk kota Pagford yaitu Miles Howard, putra Mollison Howard yang merupakan penduduk terpandang Palgford, Simon Price, ayah dari dua anak yang temperamental dan suka memukul istri dan anak-anaknya,  dan Club Wall, seorang kepala sekolah. Mereka  masing-masing mencalonkan diri untuk maju dalam pemilihan anggota dewan kota Pagford

Namun pencalonan ketiga kandidat tersebut tidak berjalan mulus, saat ketiga kandidat melakukan kampanye, tiba-tiba dalam website resmi Plagford smuncul pesan yang mengungkap aib para kandidat dewan kota itu oleh seseorang yang mengaku sebagai The Gost of Barry Fairbother. Lagi-lagi penduduk Pagford menjadi heboh akibat kemunculan pesan-pesan dari si 'hantu Barry Fairbrother' ini.

Selain dihebohkan oleh kemunculan pesan-pesan misterius, kematian Barry Fairbrother juga ternyata membawa dampak yang sangat tidak terduga oleh beberapa keluarga di Plagford sehingga berujung pada tragedi yang menyesakkan hati penduduk kota Plagford.

Jika kita membaca sinospis di atas memang seakan ini adalah novel politik yang menghadirkan konflik dan persaingan antara ketiga kandidat dewan kota dalam memperebutkan kekososangan jabatan. Namun ini bukan novel politik, saya berpendapat  bahwa novel ini adalah sebuah novel tentang drama keluarga yang dibungkus dalam persaingan perebutan kursi jabatan dewan kota karena intrik politik dalam novel ini hanya terungkap sedikit saja. 

Rowling tidak hanya menghadirkan bagaimana serunya persaingan antar tiga kandidat dewan kota Plagford dan bagaimana mereka 'ditelanjangi' aibnya oleh Hantu Barry Fairbrother. Dalam novelnya yang bernuansa kelam  ini Rowling juga menghadirkan konlik yang terjadi dalam kehidupan keluarga ketiga kandidat tersebut, tidak hanya itu, bahkan ada 2 keluarga lain yang juga dikisahkan oleh Rowling lengkap dengan problematika yang mereka hadapi yaitu Keluarga Terri Weddon seorang ibu pecandu heroin yang memiliki dua anak, keluarga Jawandas, dan pasangan dokter asal India yang salah satu anak gadisnya memiliki kecenderungan untuk menyakiti dirinya sendiri. 

Dengan detail Rowling mengisahkan konflik yang terjadi pada keluarga-keluarga tersebut, tidak hanya tentang orang tua mereka namun kehidupan dan kisah anak-anak mereka yang memiliki cerita dan konfliknya sendiripun terungkap di novel ini . Ada banyak sekali tokoh dalam buku ini, jika dihitung ada 35 tokoh yang muncul dalam buku ini. Lalu siapa sebenarnya tokoh utama dalam novel ini?  Tidak ada!

Ya, kesemua tokoh yang dihadirkan Rowling hampir mendapat porsi yang sama. Tidak ada tokoh yang menonjol dan tidak ada tokoh yang tidak penting, semua hadir dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Bahkan tokoh Barry Fairbrother yang dimatikan Rowling di awal kisah tidak hilang begitu saja karena 'ruh'-nya atau kehadirannya tetap bisa kita rasakan hingga lembar terakhir novel ini.

Disinilah kepiawaian JK Rowling dalam merangkai kisah terlihat dengan jelas,  ia begitu pandai meramu semua karakter yang ada lengkap dengan konfilknya masing-masing namun tetap terjalin  dalam satu kesatuan kisah yang utuh.

Semua konflik yang dihadirkan Rowling juga terasa begitu membumi, tidak ada konflik yang mengada-ngada, semua diangkat dari keseharian yang ada di masyarakat kota kecil pada umumnya seperti perselingkuhan, obat bius, kenakalan remaja, kisah cinta, hubungan orang tua dengan anak, seks bebas, dll. Semua terkisahkan dengan wajar sehingga pembaca akan merasa dekat baik dengan para tokohnyamaupun dengan problema yang dihadapi tokoh-tokohnya.

Munculnya banyaknya tokoh yang dihadirkan Rowling di satu sisimemang membuat menarik namun konsekuensi logisnya  membuat alur kisah menjadi lamban  karena masing-masing tokoh dan karakternya dideskrispikan dengan cukup detail. Selain itu banyaknya tokoh juga berpotensi membuat pembaca kebingungan dan tertukar antara satu tokoh dengan tokoh lainnya sehingga dapat mengganggu kenikmatan membacanya. Alangkah baiknya jika di novel ini disertakan lembar khusus berisi karakter tokoh-tokoh yang ada dalam novel ini seperti yang terdapat dalam The Telegraph "JK Rowling: The Casual Vacancy � the cast of caricatures"

Terlepas dari hal di atas, saya memberikan 4 bintang untuk novel ini. karena bagi saya novel ini menawarkan pengalaman baru dalam membaca dimana sebuah novel tersaji tanpa ada tokoh utamanya. Dengan banyaknya tokoh dalam novel ini  saya mendapat banyak pembelajaran hidup melalui karakter tokoh-tokohnya dimana kesemuanya menghadirkan realitas hidup manusia tentang cinta, kesetiaan, persahabatan, hubungan orang tua dengan anak, akibat buruk narkoba dan seks bebas, dll.

@htanzil

Tags