Latest News

Tuesday, 26 March 2013

Les Miserables by Victor Hugo

No : 304
Judul : Les Miserables
Penulis : Victor Hugo
Penerjemah : Anton Kurnia
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : II, Juli 2006
Tebal : 692 hlm

Les Miserables adalah sebuah salah satu mahakaryanya penulis asal Prancis Victor Hugo  yang menghantar dirinya menjadi salah seorang pengarang yang karyanya paling luas dibaca orang hingga kini dan kisahnya telah berkali-kali diadaptasi baik dalam bentuk drama, opera, film, dll.

Kisahnya sendiri menceritakan seorang mantan narapidana bernama Jean Valjean yang dihukum kerja paksa selama 19 tahun di sebuah kapal karena kedapatan mencuri sepotong roti karena lapar. Jean Valjean berkali-kali mencoba kabur dan berkali-kali juga tertangkap hingga hukumannya semakin diperberat

Pada pelariannya yang kesekian kalinya Jean Valjean sampai di sebuah biara dan  mencuri beberapa barang milik biara. Namun saat ketahuan oleh petugas keamanan, sang Uskup, pemimpin biara tersebut menolongnya dengan mengatakan kepada petugas bahwa tempat barang-barang itu bukan dicuri melainkan sengaja diberikan untuknya.

Tersentuh oleh kebaikan hati sang Uskup, Jean Vaejean berubah menjadi seorang yang baik. Setelah kejadian itu  ia menyembunyikan identitasnya, merubah namanya dan menjadi seorang pengusaha, memilik pabrik sambil menebar kebaikan tanpa pamrih kepada orang-orang yang patut ditolong. Salah seorang yang ditolongnya buruh pabrik miskin yang bernama Fantine yang terpaksa menjadi pelacur dan meninggal karena sakit.  Kebaikan hatinya pada setiap orang yang membutuhkan pertolongan ini diketahui masyarakat luas sehingga orang-orang memilihnya untuk menjadi seorang walikota disebuah kota kecil

Setelah sekian lama menyembunyikan identitasnya Jean Valjean akhirnya mengakui jati diri sebenarnya setelah tertangkapnya seorang yang memiliki kemiripan dengan dirinya sehingga  orang tersebut dituduh sebagai sosok Jean Valajean yang selama ini menjadi buron. Jean Valjean menjadi bimbang apakah membiarkan orang tersebut dituduh sebagai dirinya sehingga ia bisa bebas melanjutkan hidupnya atau mengaku jadi dirinya dengan segala konsekuenasinya.

Setelah mengalami pergumulan batin yang hebat akhirnya Jean Valjean memilih mengakui jati dirinya, ia menanggalkan kemapanan hidup dan kehormatannya sebagai seorang wailkota sehingga ia harus kembali menjalani hukuman kerja paksa di kapal dengan hukuman yang  diperberat menjadi hukuman seumur hidup

Beberapa tahun kemudian Jean Valjean diberitakan tenggelam saat hendak menolong sesama narapidana lain yang nyaris jatuh dari sebuah kapal laut. Sesungguhnya Jean Valjean tidak mati tenggelam, ia berhasil menyelamatkan diri hingga ke Paris dan kembali menyembunyikan jati dirinya

Di kehidupan barunya ia mencari Cossete, anak Fantine buruh pabrik  yang pernah ditolongnya semasa ia menjadi pengusaha. Cossete yang saat itu menjadi budak berhasil ditebusnya dan dirawatnya sebagaimana anak kandungnya sendiri hingga Cossete beranjak dewasa.

Kehidupan Jean Valjean bersama Cossete ternyata tidaklah mudah, ketakutan akan identitas asilnya terungkap tetap menghantui dirinya sehingga ia harus tinggal berpindah-pindah di tempat-tempat terpencil karena ternyata Javert, seoarang inspektur polisi yang ambisius ternyata masih terus mencari dirinya. Kehidupannya juga bertambah sulit ketika Perancis mengalami masa pergolakan  Revolusi Perancis yang menyeretnya berada di tengah-tengah perang Saudara.

Sebenarnya ada banyak tokoh dan kisah dalam Les Miserables, novel yang dibungkus sejarah historis Perancis di abad ke 19 ini merupakan novel yang kompleks. Selain tokoh Jean Valajean, ada banyak tokoh dalam  novel ini yang memiliki keterkaitan dengan Jean Valjean sebagai tokoh utamanya.  Masing-masing tokoh memiliki kisahnya sendiri yang malang sehingga pantas sekali jika novel ini diberi judul Les Misrables yang jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti  Orang2 malang, penderitaan, kesengsaraan, dll.

Di novel ini Victor Hugo mengisahkan perjalanan hidup dan karakter tokoh-tokohnya dengan detail. Hal yang menarik karena kita diajak menyelami pengalaman  hidup dari para tokoh-tokohnya namun tentu saja hal ini membuat alur kisahnya menjadi lambat sehingga membutuhkan kesabaran eksta untuk menyelesaikan novel setebal hampir 700 halaman ini.

Namun terlepas dari hal itu  bagi penikmat novel-novel klasik, rasanya novel ini tak boleh terlewatkan untuk dibaca. Jika kita sabar membacanya hingga habis Ada banyak pelajaran kehidupan yang bisa kita maknai dari novel ini.  Lewat novel ini  kita akan melihat sebuah realita kehidupan yang sesungguhnya dari masyakarat Prancis di abad ke 19 yang ternyata masih relevan dengan masa kini. Kita akan melihat tentang betapa kejinya sebuah ketidakadilan dan kesewenang-wenangan hukum, betapa mengerikannya ambisi manusia, agungnya pengorbanan demi cinta, romantika kisah cinta abad ke 19, kisah kepahlawanan yang heroik, dan serunya perang kota yang memecah belah sesama bangsa Prancis.

Dan dari kesemuanya itu kita akan disadarkan akan betapa mengerikannya dunia dan segala kekejamannya, betapa tak terduga perjalanan hidup manusia, dan betapa cinta dan nurani yang bersih mampu mengatasi segalanya.


Sejarah Penerbitan :

Les Miserables adalah salah satu mahakarya Victor Hugo (1802-1885). Novel ini ditulis dalam bahasa Perancis saat Victor Hugo dalam pengasingan di pulau Guensey pada tahun 1851 karena beroposisi terhadap Napoleon III. Novel Les Miserables untuk pertama kalinya terbit pada tahun 1862. Butuh waktu selama 17 tahun bagi Hugo untuk menulis dan menerbitkan novel yang dalam bahasa Perancisnya ini setebal 1900 halaman dan 1500 halaman dalam bahasa Inggris sehingga novel ini merupakan salah satu novel tertebal sepanjang masa.

Awalnya novel ini diterbitkan dalam 10 jilid di Belgia dan Perancis secara bersamaan dan langsung meraih sukses. Kabarnya pada tanggal 15 Mei 1862, ketika novel ini untuk pertama kalinya dijual di toko buku  Pagnerre�s Book Shop, Belgia kerumunan orang memadati jalanan di sekitar toko buku tersebut. Tak satu orang pun melepaskan pandangan pada tumpukan buku yang menjulang  hingga langit-langit toko. Beberapa jam setelah toko buku itu dibuka, ribuan eksemplar Les Mis�rables  ludes diborong massa.

Pada tahun 1892 Les Miserables diterbitkan dalam 9 bahasa secara simultan. Hingga kini novel ini terus diterbitkan dalam berbagai bahasa di dunia.



Signet classic, paperback, unabridge, 1488 hlm


Di Indonesia sendiri novel ini pernah diterjemahkan oleh Penerbit Gramedia pada tahun 1977 dalam edisi ringkas setebal.176 hlm.

 Gramedia, 1977

25 Tahun kemudian Les Miserables diterjemahkan oleh Penerbit Bentang Pustaka, masih dalam versi ringkas namun jauh lebih tebal (600an halaman) dari versi Gramedia. Dan sempat 3 kali dicetak ulang dengan 3 cover yang berbeda.

Bentang Pustaka, cet 1, Febr 2006

Bentang Pustaka, cet 2, Juli 2006

Bentang Pustaka, cet 3, 2008

 Seiring diputarnya film Les Miserables beberapa waktu yang lalu, Penerbit Visi Media  menerbitkan novel ini dengan cover Anne Hathaway yang dalam filmnya berperan sebagai Fantine. (Ibu Cossete)

Visi Media, 2013


@htanzil






 

Sunday, 10 March 2013

Surat Dahlan - Khrisna Pabichara

No : 303
Judul : Surat Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Noura Books
Cetakan : I, Januari 2013
Tebal : 396 hlm

Surat Dahlan  merupakan sekuel dari Sepatu Dahlan yang merupakan novelisasi kehidupan Dahlan Iskan (meneg BUMN) yang hingga saat namanya mulai diperhitungkan untuk masuk dalam bursa calon Presiden 2014. Data Poiticawave bahkan menyatakan bahwa, posisi Dahlan mampu mengungguli kandidat capres lain. Seperti Mahfud MD, Chairul Tanjung, Jusuf Kalla, Prabowo, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Wiranto dan Gita Wiryawan.

Semenjak namanya semakindikenal publik setelah menjadi direktur PLN dan Menteri BUMN banyak sudah buku-buku tentangnya ditulis dari berbagai sudut pandang dan penggalan peristiwa yang dialami Dahlan Iskan. Diantara puluhan buku-buku tentangnya yang mencuri perhatian publik adalah novelisasi kehidupan Dahlan Iskan karya Khrisna Pabichara yang mencoba menovelkan sejarah kehidupan Dahlan Iskan semenjak kecil hingga sekarang yang terbagi kedalam 3 buah novel berseri (Sepatu Dahlan, Surat Dahlan, dan Senyum Dahlan)

Jika Sepatu Dahlan mengisahkan kehidupan Dahlan Iskan kecil hingga SMA, maka di Surat Dahlan kita akan membaca bagaimana Dahlan Iskan mencari jati dirinya, kisah cintanya, dan masa-masa kuliahnya di Samarinda hingga menjadi wartawan dan dipercaya mengelola koran Jawa Pos di Surabaya.

Sama seperti dalam novel Sepatu Dahlan, dalam novel keduanya ini penulis membuka kisahnya dengan prolog saat Dahlan Iskan berjuang mempertahankan hidupnya saat akan dan setelah melakukan operasi transplatasi hati di Tianjin First Center Hospital, China pada tahun 2007 yang lalu. Jika dalam Sepatu Dahlan kisah dibuka saat  ia akan dioperasi maka di novel keduanya ini prolognya dibuka saat Dahlan Iskan baru saja menjalani operasi.

Saat-saat antara sadar dan tidak sadar itulah ingatan Dahlan Iskan kembali ke masa lampau saat dirinya menjalani masa-masa kuliah di Samarinda. Bisa dikatakan masa-masa itu adalah masa galau bagi kehidupan mudanya. Selain galau dengan kisah cintanya, Dahlan juga galau akan kuliah dan masa depannya. Ia mulai jenuh dengan kuliahnya karena teori-teori kehidupan yang dijejalkan ke kepalanya sering amat berjauhan dengan kenyataan hidup, belum lagi ditambah dengan sikap salah satu dosennya yang otoriter sehingga ia sampai pada suatu titik untuk menentukan apakah ia akan menuntaskan kuliahnya atau berhenti kuliah dan bekerja.

Alih-alih mengikuti kuliah, Dahlan lebih senang bergabung dengan kawan-kawannya di sebuah organisasi kemahasiswaan Persatuan Islam Indonesia (PII). Bagi Dahlan kegiatan di PII terasa lebih dinamis dibanding kuliahnya yang biasa-biasa saja. Akhirnya Dahlan memutuskan berhenti kuliah dan memilih aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan PII. Hal ini kelak akan menyeretnya pada Peristiwa Malapetaka Lima Januari (Malari). Bersama teman-temannya Dahlan melakukan demonstrasi di berbagai lokasi di Samarinda. Ketika situasi semakin memanas dan pemerintah semakin represif, Dahlan dan kawan-kawannya dituduh hendak melakukan makar dan merekapun menjadi buronan pemerintah.

Setelah melalui masa-masa sulit dalam pelariannya dan  ketika situasi nasional kembali normal, Dahlan akhirnya menemukan cintanya. Cinta pada seorang wanita yang kelak akan menjadi istrinya dan cintanya pada dunia baru yang menjadi awal perjuangannya mencapai kesuksesan, yaitu dunia surat kabar.

Seperti novel Sepatu Dahlan, novel inipun  mencoba menginspirasi pembacanya melalui kehidupan masa muda Dahlan Iskan. Dengan menarik penulis merangkai kisah masa muda Dahlan baik itu romatika kisah cintanya dengan tiga wanita, hiruk pikuk dan menegangkannya demonstrasi mahasiswa di tahun 70-an hingga bagaimana Dahlan meniti karirnya mulai dari menjadi wartawan sebuah koran lokal di Samarinda hingga akhirnya dipercaya mengelola sebuah koran besar di Surabaya yang saat itu nyaris bangkrut dan ditinggalkan pembacanya.

 Dahlan Iskan dan Krisna Pabichara (penulis Trologi Novel Dahlan Iskan)

Jika dibandingkan dengan sepatu Dahlan, novel ini sepertinya kalah menggugah dibanding Sepatu Dahlan. Kesulitan hidup yang dialami Dahlan kecil lebih isnpriratif dan menggugah dibanding novel sekuelnya ini. Peristiwa demo dan masa-masa pelarian Dahlan dan kawan-kawannya dari kejaran aparat adalah bagian yang menarik sayangnya ketika situasi sudah aman dan Dahlan bisa kembali ke rumah kakaknya penulis tidak mengisahkan lebih lanjut bagaimana trauma atau dampak psikologis Dahlan dan teman-temannya sebagai mantan pelarian yang dituduh akan melakukan makar,  semua berlalu begitu saja padahal kalau bagian ini dieksplorasi lebih dalam lagi tentunya novel ini akan semakin menarik.

Selain itu bagian yang juga menarik adalah ketika Dahlan meniti karir sebagai wartawan. Lewat pengalaman Dahlan kita akan melihat bahwa mencari berita agar bisa dimuat tidaklah mudah, walau saat itu Dahlan adalah kontributor resmi sebuah media namun itu semua tidak menjamin bahwa apa yang ditulisnya akan dimua  karena selain harus bersaing dengan kontributor lainnya semua berita yang masuk akan diseleksi oleh redaktur senior.

Di bagian ini juga kita akan mengetahui rintisan karir Dahlan yang tadinya hanya seorang wartawan di harian lokal kecil akhirnya bergabung dengan majalah Tempo. Juga akan terungkap bahwa ketika Dahlan telah bekerja di majalah Tempo, Tempo membeli Jawa Pos yang saat itu sudah hampir bangkrut. Menarik karena mungkin banyak dari kita yang tidak mengetahui bagaimana proses pengambilalihan manajemen Jawa Pos ke Majalah Tempo dan  peran Dahlan dalam proses tersebut.

Dari segi pengisahan seperti novel sebelumnya, novel ini ditulis dengan kalimat sederhana, enak dibaca tanpa mengurangi keindahan sastrawinya sehingga novel ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Ending dari novel ini cukup menggugah dimana  terjadi reuni kecil antara keluarga Dahlan dan ayahnya lengkap dengan nasihat-nasehat bijak dan isnpiratif dari sang ayah yang bersahaja.

Sebagai sebuah novelisasi kehidupan Dahlan Iskan tampaknya  novel ini bisa mewakili latar belakang apa yang  membuat Dahlan Iskan menjadi seperti sekarang. Kisah kehdiupan Dahlan belum berakhir di novel ini karena masih ada satu judul lagi yang tersisa yaitu "Senyum Dahlan" dimana akan mengisahkan kehidupan Dahlan setelah dipercaya mengelola dan  menjadi orang nomor satu harian Jawa Pos hingga menjadi menteri. 



Akankah Surat Dahlan dan Senyum Dahlan diapresiasi oleh pembacanya dengan baik seperti Novel Sepatu Dahlan (Juni 2012)  yang diberi label mega best seller karena telah terjual lebih dari 100.000 buku dan hingga saat ini sudah mencapai 8 kali cetakan?




 Kita lihat saja, namun bukan angka penjualan yang utama melainkan apakah novel ini mampu menginspirasi pembacanya? Tentunya harapan kita sama seperti yang dikatakan Dahlan Iskan saat menghadiri peluncuran buku ini beberapa waktu yang lalu,

"Semoga (novel ini) bisa menularkan semangat-semangat positif khususnya bagi generasi-generasi muda yang akan melanjutakan kehidupan bangsa ini"  ~ Dahlan Iskan

@htanzil









Tags