Latest News

Friday, 27 December 2013

Get Lost by Dini Novita Sari

[No. 324]
Judul : Get Lost
Penulis : Dini Novita Sari
Penerbit : Bhuana Sastra (Imprint  dari PT. BIP)
Cetakan : 2013
Tebal : 198 hlm
ISBN : 978-602-249-439-3

Novel Get Lost karya Dini Novita Sari ini mengisahkan tentang Lana Sagitaria,  seorang pegawai swasta yang dalam kesehariannya terjebak dalam ritme rutinitas kerja yang membosankan. Sebagai pengusir rasa jenuhnya Lana selalu menyempatkan diri melakukan perjalanan ke berbagai tempat, bertemu dengan orang-orang asing, memperhatikan situasi dimana dia berada yang membawanya pada pengalaman-pengalaman baru yang tentunya lebih indah dibanding terjebak dalam kursi kubikelnya sambil menatap layar komputer yang menampilkan file-file yang haru dikerjakannya.

"Aku senang merasakan atmosfer baru, senang mendengarkan percakapan orang-orang setempat dengan bahasa yang tak jamak kudengar dan logat yang walau di awal terasa aneh, tetapi akhirnya menjadi terbiasa layaknya nyanyian nan merdu. Aku senang memperhatikan sekelilingku."

Pengalaman Lana dalam melakukan berbagai perjalanan inilah yang dikisahkan penulis dalam novel perdananya ini. Ada 4 tempat yang Lana singgahi yaitu Bali, Singapura, Korea Selatan, dan Surabaya-Bromo, masing-masing tempat memiliki kisahnya sendiri yang menarik untuk disimak. Dari keempat kisah perjalannya ini, kenangannya akan Dharma, seorang pria yang Lana sayangi yang tiba-tiba saja menghilang dari kehidupannya menjadi benang merah yang membuat novel ini juga memiliki sisi romantisme

Dalam perjalanannya ke Bali dikisahkan Lana membiarkan dirinya berangkat tanpa persiapan yang mendetail. Salah satu yang telah direncanakannya hanyalah tanggal keberangkatan berdasarkan tiket yang pesawat yang telah ia pesan sebelumnya. Sedangkan tempat menginap, susuanan perjalanan, dll sama sekali tidak ia persiapkan karena ia ingin menantang dirinya sendiri yang selama ini serba terencana dan sering mengkhawatirkan hal-hal detail selama liburan.  Intinya di perjalanannya kali ini Lana siap tersesat di tempat-tempat yang akan ia kunjungi.

Apa yang ia temui di Bali dengan perjalanan tanpa rencananya itu ternyata berbuahkan pengalaman-pengalaman yang tidak terduga dan menuntunnya untuk bertemu dengan orang-orang yang akan menngispirasi dirinya lewat percakapan-percakapan filosofis tentang kehidupan.

Lewat tuturan seorang teman yang baru dikenalnya, Lana mendapat pencerahan tentang kenangan akan masa lalunya yaiut kenangannya akan Dharma yang tiba-tiba saja menghilang dari kehidupannya.

"Tidak selamanya kenangan buruk itu hadir  untuk menyakiti koq. Lan.Kadang itu ada untuk mengingatkan kita bahwa proses hidup itu sungguh nyata. Lo nggak perlu susah payah menyingkirkannya, sering kali yang kita butuhkan hanyalah iklhas" (hlm 34)

Sedangkan dari  perkenalannya dengan seorang bapak yang menyediakan tempat baginya untuk menginap di Ubud Lana mendapat mencerahan akan  pencarian jawaban dan tujuan hidup manusia.

"Manusia memang ditadirkan untuk mencari jawaban. Selalu ada pertanyaan yang menggelisahkan mereka. Yang tak kita ketahui, seringnya jawaban itu sudah tersedia di hadapan kita, tapi kita saja yang terlalu jauh mencarinya, hingga seolah tak tampak"  
(hlm 36)
 
"Tapi bapak  selalu bertanya, adakah tujuan hidup yang diberikan Tuhan kepada bapak sudah bapak capai? Pertanyaan itu yang lantas memacu semangat hidup bapak setiap hari, untuk menjadikan hari demi hari bapak berguna bagi diri sendiri dan juga orang lain, sehingga pertanyaan tentang tujuan hidup itu akan terjawab dengan sempurna secara perlahan-lahan"  
(hlm 42)

Di perjalanannya yang kedua, Lana kini tersesat di Singapura. Dalam perjalanannya kali ini Lana kehilangan kertas tempat ia mencatat nama dan alamat apatemen milik kawan lamanya. Beruntung ia bertemu dan berkenalan dengan Paul, pemuda bule yang mengajaknya menginap di sebuah tempat bersama-sama kelompok turis lainnya. Paul ternyata memiliki kesamaan nasib dengan Lana yang ditinggal secara tiba-tiba oleh kekasihnya. Hal ini membuat mereka menjadi semakin akrab. Melalui persahabatannya dengan Paul  di Singapura, Lana belajar bahwa cinta sejati sepasang anak manusia akan pada akhirnya berlabuh di sebuah tempat walau harus melalui jalan yang panjang dan berliku.

Jika di Singapura Lana berusaha membantu Paul menemukan kekasihnya yang hilang , maka di Seoul, Korea Lana membantu Kang Soo Jung, seorang kenalan sahabatnya dimana Lana menginap selama di Korea untuk mencari hanbok (pakaian tradisional Korea) warisan nenek buyutnya yang hilang dicuri mantan kekasih Jung. Mereka berdua bersama-sama menjelajah Busan demi menemukan hanbok tersebut.



Berbeda dengan pernjalanannya ke Bali, Singapura, yang memang diniatkan Lana untuk mengusir kejenuhannya dan kepergiannya ke Korea karena memenangkan tiket gratis dari sebuah quiz di internet, perjalanan berikutnya ke Surabaya  dan Bromo dikarenakan sebuah telpon dari seseorang yang bernama Kresna yang mengaku memiliki pesan yang dititipkan Dharma kepadanya dan pesan itu harus disampaikan secara langsung kepada Lana. Dengan perasaan yang tak menentu Lana ditemani teman dekatnya, berangkat ke Surabaya lalu ke Bromo untuk menerima pesan dari kekasihnya. Di bagian ini juga melalui kisah Dharma kita akan diajak mengunjungi Tibet yang karena ketinggiannya berada di sekitar 4.500 meter di atas permukaan laut, membuat Tibet menyandang gelar sebagai atap dunia.

 Satu hal yang menarik di bagian ini adalah ketika Dharma bercerita tentang desa di bukit Xishan, China yang dihuni oleh sekitar 100 orang bertubuh kerdil.



"Di sana ada sebuah desa yang bernama Dwarf Empire. Memasuki desa ini kami merasa bahwa diri kami adalah serupa raksaksa, kenapa? Karena segala sesuatu di desa ini bentuknya mini, kecil. Desa ini dihuni sekitar 100 orang bertubuh kerdil. Dan segala sesuatu yang ada di desa ini pun menyesuaikan dengan bentuk tubuh mereka. Rumah sampai fasilitas-fasilitas yang ada berukuran mini. Lalu, dalam dua hari sekali mereka membuat pertunjukan semacam karnaval untuk menarik para wisatawan... Aku senang melihat bentuk kepercayaan diri mereka, dan juga cara bergaul mereka dengan para wisatawan" 
 (hlm 174-175)

Keempat kisah diatas tersaji secara menarik, sebagai sebuah novel fiksi perjalanan penulis tidak hanya menyuguhkan deksripsi  tentang lokasi, makanan, penduduk, dari masing-masing tempat yang disinggahi tokohnya melainkan mencoba menghidupkan kisahnya dengan sisi petualangan Lana lengkap dengan sisi romantisme kenangan dan pencariannya akan Dharma, kekasihnya.yang hilang.

Selain itu di setiap kisahnya juga penulis memberi muatan-muatan perenungan filosofis terlebih di perjalanan Lana ke Bali sehingga pembaca akan mendapat 'sesuatu' dari membaca novel ini. Dalam buku ini juga penulis mengungkap dan mempertanyakan perlakuan diskriminasi yang dilakukan orang Bali terhadap turis lokal dimana turis asing lebih dihargai dan diutamakan pelayanannya dibanding turis lokal.

"Jadi masih sebegitu superiorkah warga negara asing di mata penduduk Indonesia sendiri? Bukankah seharusnya saudara sendiri lebih diutamakan daripada orang asing?"   
(hlm 15)

Yang agak disayangkan dari novel ini adalah ada banyak faktor keberuntungan dan kebetulan dalam petualangan Lana seperti misalnya keberuntungan Lana memenangkan kuiz di twitter yang akan membawanya ke Korea

"Iya, seingatku sih waktu itu iseng-iseng aja jawab pertanyaan dari akun @AwesomeKorea. Udah dua bulan lalu, bo dan aku aja udah lupa! Tahu-tahu muncul pengumuman ini satu jam yang lalu..." (hlm 91)

"..aku berhak atas atas hadiah tiket pesawat pulang pergi ke Seoul menggunakan maskapai berlayanan penuh! Lebih hebatnya lagi, aku juga diberi uang saku sejumlah lima juta rupiah untuk lima hari berada di Korea Selatan"   
(hlm 92)

Betapa beruntungnya Lana yang hanya bermodalkan iseng-iseng saja akhirnya ia bisa berangkat ke Korea. Apakah memang ada quiz yang hanya menjawab pertanyaan lalu mendapat hadiah sebesar itu?

Lalu ada pula faktor kebetulan yang menunguntungkan lainnya seperti bertemunya tokoh-tokoh yang memang sedang dicari saat itu secara kebetulan (agar tidak menjadi spoiler saya sengaja tidak menyertakan contoh2nya).  Faktor kebetulan dalam sebuah novel memang tidak salah dan sangat mungkin dialami kita semua di dunia nyata , namun jika dalam sebuah novel kita menemukan beberapa kali faktor kebetulan tentunya  hal itu membuat kisah atau konflik yang sudah dibangun menjadi kurang 'greget' penyelesaiannya.

Kemudian ada hal yang menurut saya kurang bisa diterima yaitu tentang Dharma yang mencoba mendaki pegunungan Himalaya. Di sepanjang kisahnya tidak dikisahkan bahwa Dharma adalah juga seorang pendaki gunung, lalu ketika ia sampai di Tibet tiba-tiba saja ia memiliki keinginan untuk menaklukkan puncak Everest, puncak tertinggi di dunia dan mencobanya.

Mendaki puncak  Everest, puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian 6.199 meter di atas permuakaan laut tentu saja berbeda dengan mendaki gunung-gunung lainnya,dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi fisik, mental,  maupun peralatan. Di sini penulis tidak menyinggung hal tersebut sama sekali sehingga apa yang dilakukan Dharma yang bukan seorang pendaki gunung menjadi seolah tidak masuk akal.

Kesalahan kecil juga terdapat dalam novel ini, yaitu soal penyebutan Jacky Chan sebagai artis yang bisa ditemui di Taiwan.

"Ke Taiwan," jawab Alvin sambil menoleh dari jok ke depan. "Dia mau ketemu Jacky Chan, Lan, mau berguru kungfu..."   
(hlm 28)

Seperti yang kita ketahui,  Jacky Chan itu bukan artis Taiwan, melainkan artis Hongkong.

Satu hal lagi adalah tentang hanbok (pakaian tradisional Korea) yang muncul dalam perjalanan Lana ke Seoul. Alangkah baiknya jika penulis mengeksplorasi lebih dalam tentang hanbok ini, pastinya ada sesuatu yang bisa kita ambil dari pakaian tradisional  Korea ini lebih dari sekedar baju tradisional yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek buyut Jung.

Terlepas dari kekurangannya novel ini patut diapresiasi dengan baik karena novel ini  tidak hanya  menghibur pembacanya saja melalui petualangan Lana yang tersesat di berbagai tempat. Seperti judulnya Get Lost, novel ini menantang pembacanya untuk keluar dari rutinitas, melakukan perjalanan seorang diri tanpa persiapan matang, membiarkan diri tersesat untuk dituntun oleh semesta untuk mendapat  pengalaman hidup yang barui dalam setiap perjalanan, terbuka menerima kehadiran orang-orang asing yang masuk dalam kehidupan kita sambil belajar dan berkaca akan diri.

Dan seperti apa yang dialami Lana, dalam ketersesatan di tempat-tempat yang asing bukan tidak mungkin kita akan menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tentang kehidupan yang selama ini terpendam dalam lubuk hati kita masing-masing.

Berani mencoba?  

@htanzil

Sunday, 22 December 2013

47 Ronin


Kisah 47 Ronin adalah peristiwa yang betul-betul terjadi di Jepang pada tahun 1703. Kisah yang memiliki banyak versi ini telah berulangkali diadaptasi dalam bentuk novel, drama, dan film.  Saat ini kisah kepahlawanan para Ronin ini kini kembali hadir di tengah-tengah kita lewat film hollywood yang dibintangi Keanu Reeves dengan judu 47 Ronin.

Kisah 47 Ronin sendiri pernah ditulis dalam bentuk novel oleh John Allyn yang terbit pada tahun 1970 dan telah diterjemahkan oleh penerbit Matahati pada 2007 yang lalu. Seperti apa kisah dalam novelnya? silahkan baca reviewnya di sini 

@htanzil





Monday, 16 December 2013

Inferno by Dan brown

[No. 323]
Judul : Inferno
Penulis : Dan Brown
Penerjemah : Inggrid Djiwani Dumpeno & Berliani M Nugrahani
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : I, September 2013
Tebal : 644 hlm

Setiap kelahiran seorang bayi biasanya membawa kebahagiaan baik bagi kedua orang tuanya maupun bagi kita yang melihatnya. Namun dibalik kebahagiaan itu ada sebuah ancaman bagi masa depan umat manusia. Mengapa? karena setiap kelahiran yang terjadi di dunia ini tidak disertai dengan bertambahnya tempat manusia berpijak. Jumlah manusia terus bertambah, kemajuan teknologi membuat angka harapan hidup manusia semakin panjang sedangkan luas bumi tidak pernah bertambah sehingga bahaya ledakan penduduk atau overpopulasi menjadi ancaman serius di masa yang akan datang.

Jadi apa yang bisa dilakukan? pembatasan kelahiran bisa saja dilakukan namun itu hanya memperlambat percepatan pertumbuhan penduduk dunia sehingga ledakan penduduk tetap tak terhindarkan, lalu kemana manusia akan mencari tempat? akankah seperti dalam buku-buku dan film fiksi ilmiah dimana manusia mencoba mencari tempat yang bisa didiami di luar angkasa raya sana?

Bencana global akibat ledakan penduduk  itulah yang menjadi  tema utama dalam novel ke-4 Dan Brown ini.  Kali ini Dan Brown menghidupkan seorang sosok antagonis, seorang ilmuwan, doktor ahli rekayasa genetika bernama Dr Zobrist yang sangat peduli akan masa depan kehidupan di bumi jika pertumbuhan penduduk menjadi tidak terkendali.

Umat manusia, jika tidak terkendali berfungsi seperti wabah, seperti kanker... jumlah kita meningkat  pada setiap generasi sehingga kenyamanan duniawi yang pernah menyehatkan hidup dan persaudaraan kita menyusut sampai habis..mengungkapkan monster-monster di dalam diri kita...yang bertempur hingga mati untuk memberi makan keturunan kita (hlm 205)

Apa yang dikhawatirkan  Zobrist memang masuk akal dan menjadi kekhawatiran ilmuwan dunia juga. Zobrist memiliki solusinya hanya saja solusi yang ditawarkannya adalah solusi ekstrim sehingga tak seorangpun ilmuwan dunia  hingga organisasi kesehatan dunia WHO mendukungnya. Walau solusinya  ditolak Zobrist tetap melaksanakan misi penyelamatan dunianya seorang diri, karenanya ia menjadi orang yang paling dicari oleh WHO karena diduga ia akan menyebarkan virus mematikan yang akan menyebabkan kematian kematian masal penduduk dunia seperti yang pernah terjadi di Eropa dimana virus yang dikenal dengan Wabah Hitam telah merengut nyawa sepertiga penduduk Eropa pada tahun 1347-1351

Dalam melaksanakan misinya Zobrist yang sangat terobsesi pada puisi epik Divine Comedy karya Dante Alighieri (1265-1321) memberikan beberapa petunjuk dimana ia menyimpan ciptaan genetisnya berdasarkan bait-bait puisi dan lukisan-lukisan bersejarah yang terkait dengan Inferno yang merupakan salah satu bab dalam Devine Comedy-nya Dante. Zorbrist percaya bahwa Dante melalui karyanya mengajarkan bahwa

"Jalan menuju surga melewati neraka" (hlm 196), 

artinya Zorbrist  menghendaki sebuah 'bencana' agar bumi terselamatkan  dari kehancuran akibat ledakan penduduk.

Map of Hell by Sandro Botticelli 

Robert Langdon yang hanya berbekalkan sebuah stempel kuno yang bisa memproyeksikan lukisan Map of Hell (Peta Neraka) karya Botticelli (1445-1510) berdasakan Inferno-nya Dante yang telah dimodifikasi zoorbrist sehingga menjadi sebuah lukisan yang berisi kode-kode  rahasia yang merupakan petunjuk dimana Zorbrist meletakkan ciptaan genetisnya yang akan dilepaskannya dikeesokan harinya.

Sayangnya keteika penelitian atas kode-kode itu dilakukan, sebuah peristiwa membuat Robert Langdon kehilangan ingatan jangka pendeknya .Apa yang telah ditelitinya lewat stempel kuno berproyeksi tersebut hilang begitu saja dan Langdon harus memulainya dari awal lagi.

Novel ini diawali saat Robert Langdon terbangun dari pingsannya di rumah sakit. Ia syok saat mendapati dirinya ada di Florence Italia. Padahal ingatan terakhirnya adalah saat ia berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard.

Belum sempat Langdon memahami apa yang terjadi, tiba-tiba dokter yang merawatnya ditembak mati di depan matanya dan Langdon menjadi incaran si penembak. Siena Brooks salah satu dokter lain yang merawatnya membantunya melarikan diri. Dalam pelariannya bersama Sienna Brooks Landon menyadari bahwa ia harus berpacu melawan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindanan dalam puisi-puisi Inferno Dante Alieghieri sebelum ciptaan genetis yang disembunyikan Zobrist terlepas dan mengancam kehidupan umat manusia.

Seperti di novel-novel sebelumnya kali inipun Dan Brown menyuguhkan sebuah kisah seru bagaimana Robert Langdon berupaya memecahkan kode-kode tersembunyi dalam balutan fakta sejarah dan seni.  Dalam novelnya kali inipun selain menikmati ketegangan kisahnya pembaca juga diajak menelusuri sejarah seni Eropa di masa Renaissance, bangunan-bangunan bersejarah yang indah terkait dengan kehidupan Dante mulai dari Florence Italia hingga Istanbul Turki dengan keindahan Hagai Sophia-nya yang semuanya itu sesuai dengan fakta dan diseskrpsikan dengan baik sehingga jika novel ini difilmkan para sineas tidak akan menemui banyak kesulitan untuk menentukan setting tempat dari tiap adegannya.

Selain itu karena Inferno karya Dante menjadi bagian penting dalam buku ini, maka kali ini Dan Brown yang diwaliki Robert Langdon memberikan kuliah tentang Dante Alighieri dan mahaya karyanya Divine Comedy, sejarah kehidupan Dante, isi Divine Comedy serta karya  lukis yang terinspirasi oleh karya Dante yaitu Map of Hell.  Dengan demikian dengan membaca bagian ini kita akan mendapat gambaran besar mengenai Dante dan Divine Comedy. Kutipan bagian kuliah Langdon tentang Dante bisa dibaca di sini.



Dante's Divine Comedy, 1457 manuscript property of Harvard University
Photo taken from @librantiguo


Detailnya penulis mendeskripsikan riwayat Divine Comedy, kehidupan Dante, sejarah seni, lukisan-lukisan para meastro dunia, bangunan bersejarah di Florence Italia hingga Hagai Sophia  di Istanbul Turki dan dialog antara Zorbrist dengan ketua WHO tentang populasi dunia beserta data statistiknya yang riil  membuat novel ini bukan hanya sekedar novel thriller biasa  melainkan novel thriller yang dapat memperkaya wawasan pembacanya.

Bagi pembaca yang menyenangi sejarah, seni, sastra, dan mereka yang peduli akan ancaman populasi dunia tentunya hal ini menjadi sesuatu yang menggairahkan namun bagi mereka yang tidak begitu menyukainya tentunya hal ini akan dianggap sebagai novel thriller 'cerewet' yang mengganggu keasyikan membaca alur kisahnya

Namun sebetulnya muatan-muatan pengetahuan  tersebut bagi saya tidaklah terlalu menganggu karena Dan Brown menyuguhkan kisahnya ke dalam bab demi bab yang tidak terlalu panjang dengan alur plot yang cepat. Kualitas terjemahan yang baik juga turut membuat saya dapat menikmati novel ini tanpa gangguan yang berarti.

Dan seperti biasa Dan Brown juga  dan mengakhiri setiap bab-nya dengan menggantung sehingga merangsang pembacanya untuk terus menerus membaca hingga tuntas. Kejutan demi kejutan juga akan kita temui di novel ini.  Dari halaman pertama Dan Brown menggiring kita pada satu kesimpulan tertentu namun ternyata apa yang kita simpulankan tiba-tiba hancur berantakan karena ternyata banyak hal yang ternyata berbeda dengan apa yang telah kita simpulkan. :)

Satu hal yang juga menarik adalah bagaimana Dan Brown kali ini membuat Robert Langdon menderita amnesia yang menghapus ingatan jangka pendeknya. Jika biasanya Langdon yang begitu percaya diri maka di petualangannya kali ini Langdon menjadi pribadi yang bimbang yang tidak mengerti apa yang sesungguhnya sedang terjadi dan siapa yang mengejar-ngejarnya?. Tentu saja hal ini menjadi menambah seru petualangan sang pakar simbolog kali ini.

Selain mendapat banyak pujian, novel ini juga tak luput dari kritik, ada yang mengkritik bahwa tidak ada yang baru dalam Inferno, Brown masih menggunakan formula yang sama dengan novel-novel terdahulunya. Dalam hal obyek pemecahan kode yang dilakukan Langdon, Brown hanya menganti obyeknya saja dari Leonardo da Vinci dalam Da Vinci Code menjadi Dante Aleghiari dalam Inferno.

Memang ada benarnya kritikan tersebut, namun terlepas dari itu saya sangat terhibur membaca Inferno, dan yang penting selain terhibur saya juga jadi banyak mendapat pengetahuan baru dalam hal sejarah seni Renaissance, mahakarya Dante Alighieri yaitu Divine Comedy khususnya bagian Inferno dan tentang ancaman ledakan pertumbuhan manusia di masa yang akan datang.

Khusus tentang ancaman ledakan penduduk dunia, melalui novel ini Dan Brown  mengajak kita semua untuk bersama-sama peduli akan masa depan bumi ini. Apa yang dilakukan Zorbrist untuk menyelamatkan dunia memang sangat tidak populer dan mengerikan. Namun setidaknya Zorbrist telah memiliki solusi, bagaimana dengan ilmuwan dunia kita saat ini? sudahkah mereka memiliki solusi untuk mencegah ledakan pertumbuhan dunia? Novel ini setidaknya membangun kesadaran kita semua termasuk para ilmuwan dunia untuk waspada dan mengantisipasi bagaimana seandainya bumi yang kita pijak beserta sumber daya alamnya ini tak lagi mampu menampung jumlah penghuninya.

@htanzil

Wednesday, 4 December 2013

Buat yang tertarik dengan buku ini dan ingin melihat apa saja yang dibahas di buku Mengislamkan Jawa by M.C. Ricklefs, 
silahkan lihat daftar isinya di :



@htanzil

Tags